infogeh.net – Beberapa tahun kebelakang kita masih sering di hadapkan dengan paradigma bahwa anak muda zaman sekarang acuh tak acuh dengan kehidupan politik di negara kita. Para generasi milenial di nilai lebih asyik dengan dunia mereka sendiri.
Ada diantara meraka yang sibuk dengan prestasi prestasi akademik, ada juga yang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat namun itu semua seakan memisahkan mereka dari hiruk pikuknya politik. Salah satu alasannya mungkin anggapan bahwa politik itu kejam, politik itu kotor dan alasan alasan lainnya.
Argumentasi di atas sepertinya akhir akhir ini mulai memudar. Dimulai dari PILKADA DKI tahun 2017 yang lalu, sepertinya anak anak muda mulai mengambil peran dalam dunia politik. Meski mereka tidak kemudian langsung masuk kedalam partai politik yang ada. Peran politik generasi Melinial ini, pada waktu itu sangat massif terlihat di dunia maya.
Di dunia maya seolah olah mereka berkubu-kubu dengan jagoan masing-masing di PILKADA DKI. Saling dongkrak popularitas melalui postingan-postingan yang membangun, berebut perhatian dengan tagar tagar yang melambungkan nama calon masing-masing, sampai dengan perang “meme” terjadi begitu massif. Hasilnya Muncul Lah Nama Anis-Sandi yang lolos sebagai jawara pada PILKADA DKI tersebut.
Sisi positif dari ritme PILKADA DKI kemarin salah satunya adalah mulai muncul kembali kepedulian anak muda kita dalam politik, namun dengan gaya generasi milenial yang khas tentunya. Situasi seperti pada PILKADA DKI sepertinya akan terus berlangsung untuk beberpa tahun kedepan, termasuk PILKADA Serentak yang akan di helat juni tahun ini.
Kaum muda milenial akan sangat di butuhkan untuk meningkatkan popolaritas dari calon-calon yang ada pada PILKADA serentak nanti. Hal ini tidak mungkin di nafikan oleh para calon. Karena memang dengan derasnya arus informasi saat ini, sosial media yang merupakan salah satu rutinitas dari generasi milenial sangat di butuhkan untuk Mixed-Mediated and Online Political Campaigning (MMOPC). Itu semua terbukti dengan mulai ramainya akun akun media sosial dari para calon-calon kepada daerah.
Dengan keadaan yang seperti ini mau tidak mau para generasi muda haruslah siap. Karena memang inilah waktunya mereka untuk kembali menunjukan kepeduliannya terhadap kemajuan melalui dunia politik yang tahun-tahun kebelakang dirasa kurang aware. Namun disisi lain generasi milenial juga harus bijak dalam menjalankan perannya.
Seperti yang kita ketahui “penyakit” dari media sosial yang paling sering muncul adalah berita-berita HOAX yang tersebar dengan bebas. Generasi muda harus mampu memilih dan memilah berita, walaupun itu untuk mendongkrak calon-calon yang mereka dukung. Dengan bijak menggukan sosial media dalam mendukung calon-calon kepada daerah, tentunya hal ini akan berdampak positif pada atmosfer politik yang ada.